DISUSUN OLEH:
YULI ASRIANI
(A1C117039)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN 8
I. Judul :
Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II. Hari/Tanggal : Kamis/ 18
April 2019
III. Tujuan : Adapun tujuan dari perccobaan ini
sebagai berikut:
- Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
- Dapat membuat plat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
- Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
- Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV. Landasan Teori
Salah satu cara dalam
melakukan analisis dalam kimia organik adalah menggunakan teknik kromatografi. Dimana
kromatografi merupakan suatu teknik dalam menganalisis suatu komponen yang
terdapat dalam campuran yang mana komponen tersebut kemudian dilakukan
penganalisian secara menyeluruh. Komponen yang akan dianalisis dapat berupa
kandungan suatu zat ataupun sebagainya. Dalam melakukan teknik keromatografi
ini, praktikan harus mengetahui prinsip kerja ataupun teknik dengan menggunakan
kromatografi ini. Dimana adapun prinsip dari teknik kromatografi ialah bahwa
setiap komponen yang berasal dari suatu zat berada pada perbedaan afinitasnya
terhadap fase diam dan fase gerak. Oleh karena itu akan terjadi pemisahan
antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya dari suatu campuran. Afinitas
yang berpengaruh pada teknik ini, ditentukan oleh adanya daya adsorpsi atau
penyerapan pada fase diam dan laju kelarutan suatu analit yang berada dalam
fase gerak yang digunakan. Semakin tinggi daya adsorpsi suatu analit didalam
fase diam maka kelarutannya akan semakin kecil sehingga hal ini akan
menyebabkan semakin lama analit akan berada pada kolom atau pada fase diam. Sedangkan
sebaliknya semakin rendah daya adsorpsi suatu analit dalam fase diam maka
kelarutannya akan semakin besar sehingga hal ini menyebabkan semakin sedikit
waktu yang digunakan suatu analit untuk berada pada fase diam.
Sebelum melakukan kegiatan praktikum, sebaiknya praktikan mesti memahami
istilah-istilah yang berhubungan dengan teknik kromatorgrafi yang digunakan. Adapuun
istilah-istilah tersebut ialah sebagai berikut:
- Analit : suatu komponen yang telah terpisah dalam campurannya pada teknik kromatografi
- Eluen : campuran pelarut yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran dengan cara dialirkan pada plat atau kolom kromatografi
- Fase diam : suatu zat yang berbentuk padat atau zat yang akan dianalisis yang diletakkan pada kaca atau plat ataupun kertas baik yang terbuat dari silika gel atau selulosa tergantung pada jenis kromatografi yang digunakan
- Fase gerak : suatu jenis pelarut yang digunakan dengan cara dialirkan pada kolom atau pada plat yang digunakan, dimana pelarut yang digunakan harus memiliki sifat kepolaran yang sama dengan zat yang akan dianalisis
- Eluat : suatu cairan yang keluar pada kolom kromatografi yang telah dipisahkan dari campurannya
- Elusi : suatu proses ketika dilakukan pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan variasi pelarut pada teknik kromatografi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/v).
Kromatografi merupakan
suatu teknik pemisahan komponan yang berdasarkan kemampuan pendistribusian
suatu zat diantara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pada teknik kromatografi ini memiliki
suatu prinsip yang menyatakan bahwa setiaap senyawa yang berbeda memiliki
koefisien distribusi yang berbeda pada kedua fase tersebut. Oleh karena itu,
jika senyawa dapat berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka senyawa
tersebut akan lama berada dalam fase gerak sehingga senyawa tersebutt dapat
secara cepat bergerakk didalam suatu
sistem kromatografi. Akan tetapi sebaliknya jika suatu senyawa dapat
berinterakksi secara kuat dengan fase diam maka kemampuan senyawa tersebut
untuk bergerak dalam sistem kromatografi
akan semakin lambat. Sebaiknya setiap komponan yang berada dalam campuran
senyawa memiliki kemampuan bergerak
dengan laju yang berbeda didalam sistem kromatografi. Dengan demikian
proses pemisahan dapat memberiakan hasil yang sempurna. Dalam teknik
kromatografi ada yang disebut dengan bahan penjerap, bahan ini dapat terbuat
dari silika gel (SiO2.H2O), alumia terhidrasi (Al2O3).
Yang mana bahan ini memiliki sifat yaitu mampu menyerap senyawa-senyawa
organik. Apabila suatu senyawa organik semakin bersifat polar maka kemampuannya
untuk menyerap molekul air juga akan semakin besar sehingga siaft keaktifannya
suatu senyawa tersebut akan semakin menurun. Berdasarkan percobaan dilakukan
suatu teknik kromatografi dengan Jenis kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kolom. Adapun penerapan dari kromatografi lapis tipis yaitu denga menggunakan
plat atau bahan penyerap yang dikenal sebagai fase diam. Kemudian dilakukan
penganalisisan senyawa dengan cara dimasukkan plat terrsebut kedalam larutan
pengembang hingga dapat bergerak sampai pada tanda batas. Setelah didapatkan hasil
senyawa yang terpisahkan kita dapat mengidentifikasi senyawa dengan menghitung
serta membandingkan nilai Rf. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung nilai Rf sebagai berikut:
Selain kromatografi lapis tipis, percobaan ini juga menggunakan
kromatografi kolom. Dimana pada teknik pemisahan ini dilakukan dengan
menggunakan kolom kaca. Teknik pemisahan kromatografi ini dapat digunakan untuk
mengetahui analisis secara kualitatif (analisis zat yang terkandung dalam
senyawa) dan analisis secara kuantitatif (analisis jumlah atau kadar zat dalam suatu senyawa). Sehingga kita
mampu memperoleh suatu zat yang kita
inginkan dalam keadaan yang lebih murni (Tim Kimia Organik, 2016).
Dalam teknik pemisahan kromatograsi terdapat beberapa
komponen yang akan terdistribusi didalam dua fase yaitu ada yang dikenal fase diam dan fase gerak. Pada fase
diam biasanya disebut dengan stationary phase, dimana fase diam ini
meruapakan fase yang memiliki peranan penting dalam teknik pemisahan
kromagrafi. Fase diam ini akan terjadinya suatu interaksi sehingga akan
menyebabkan terjadinya suatu perbedaan
waktu retensi, seperti yang kita tahu
bahwa waktu retensi merupakan waktu yang diperlukan suatu analit ketika
berinteraksi yang dimulai pada awal kolom hingga pada detektor. Selain
terjadinya perbedaan waktu retensi, fase diam ini juga menyebabkan terpisahnya
komponen senyawa analit yang telah diberikan pada suatu wadah sesuai dengan jenis kromatografinya. Fase
diam ini dapat ditemukan dalam bentuk zat cair atau suatu padatan, dapat pula
berupa suatu bahan yang berpori sehingga memiliki molekul yang kecil. Salah
satu contoh fase diam adalah ekstrasi daun bayam yang dapat digunakan untuk
teknik permisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (TLC), dapat pula berupa
sampel karbohidrat seperti glukosa, fruktosa dan maltosa yang dapat digunakan
untuk teknik dengan Kromatografi Kertas. Selanjutnya, untuk fase gerak biasanya
disebut dengan Mobile phase, dimana pada fase gerak ini merupakan fase
yang dapat membawa analit agar dapat bergerak sehingga pada fase ini juga
terjadinya interaksi dengan senyawa analit. Sama halnya dengan fase diam, fase
gerak ini juga dapat ditemukan dalam bentuk cairan ataupun dapat berupa gas
inert. Dimana jika menggunakan fase gerak yang berupa gas, biasanya dapat
digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap atau yang bersifat volatil.
Salah satu contoh dari fase gerak adalah campuran etanol dan kloroform yang
digunakan sebagai fase gerak atau biasa disebut pula dengan eluen. Eluen ini
dapat berfungsi sebagai sutau zat yang dapat membawa suatu analit hingga pada
titik akhir atau pada tepi garis melalui fase diam (Denikrisma, 2015).
Kromatografi merupakan suatu jenis pemisahan yang
sederhana. Dimana kromatografi merupakan Suatu teknik pemisahan yang
berdasarkan pada kecepatan merambat atau bergeraknya suatu analit didalam
medium tertentu dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Teknik kromatografi ini
banyak digunakan pada percobaan kimia organik Untuk melakukan suatu pemisahan
analit. Teknik ini Terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kromatigrafi
kertas, kromatigrfi lapis tipis,
kromatografi kolom dan kromatografi gas. Pada penggunaan Pemisahan dengan cara
kromatigrafi Lapis Tipis Digunkan plat TLC, yang mana plat TLC ini meruakan
fase diam yang akan digunakan pada pemisahan. Teknik kromatigrafi Lapis Tipis
dimana suatu zat yang akan dianalisis atau suatu analit akan ditotolkan pada
plat TLC atau pada fase diam yang mana hal ini dipengaruhi oleh fase gerak.
Jika fasa gerak yang digunakan semakin bersifat polar maka pemisahan suatu
analit pada fase gerak juga akan semakin besar. Sebaliknya apabila jumlah waktu
yang digunakan untuk fase gerak melintasi Plat atau fase diam semakin sedikit
maka Jarah tempuh yang akan dicapai oleh suatu senyawa Juga akan semakin
pendek. Sedangkan pada penggunaan pemisahan dengan cara kromatografi kolom
digunakan seerti wadah kaca yang berbentuk buret, dimana teknik pemisahan ini menggunakan fase
diam yang berada dalam wadah kaca yang berbentuk buret kemudian fasa gerak akan
dimasukkan kedalm wadah tersebut lalu pada bagian bawah buret akan menetes
larutan tersebut. Sehingga ada kromatografi kolom ini fase diam yang
ditempatkan didalam wadah akan melewati kolom yang dipengaruhi oleh tekanan
gravitasi (Syahmani, 2017).
Salah satu jenis
kromatografi yang digunakan ialah kromatografi lapis tipis, teknik kromatografi
ini biasanya dikenal dengan singkatan
TLC atau KLT. Kromatorgrafi lapis ini termasuk suatu jenis teknik pemisahan
padat-cair yang sering digunakan. Hal ini disebabkan karena alat-alat yang
digunakan pada teknik ini sangat sederhana, biaya yang dibutuhkan juga relatif
lebih rendah serta waktu yang digunakan untuk melakukan pemisahan juga lebih
singkat. Selain itu jenis tenik kromatografi
lapis tipis ini mampu memisahkan banyak
ssenyawa dalam satu plat. Misalnya teknik ini mampu memisahkan sampai 60
samper dalam satu plat, oleh karena itu, teknik pemisahan ini banyak digunakan
hingga sekarang. Teknik kromatografi lapis tipis ini juga dapat digunakan untuk
menentukan harga Rf yang akan dicari.
Dimana harga Rf ini menyatakan perbandingan suatu jarak yang akan tempuh
senyawa dengan jarrah yang akan ditempuh pelarut. Sehingga dengan mengetahui
harga Rf kita mampu mengidentifikasi suatu jenis senyawa serta kita juga mampu
menentukan pelarut-pelarut yang terbaik yang akan digunakan dalam menganalisis
suatu senyawa. Teknik pemisahan kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk
berbagai macam percobaan misalnya penelitian tentang kandungan hormon sitokinin
yang terdapat dalam alga G. Coronopifolia (Rachman, 2017).
V. Alat dan Bahan
5.1. Alat
- Plat TLC
- Gelas Kimia 1 L
- Alat Kromatografi Kolom
- Glass Wool
- Silika Gel
- Tabung Reaksi
- Pipa Kapiler
5.2. Bahan
- Etanol
- Metanol
- Kloroform
- Etil-Asetat
- n-Heksan
- Aseton
- Ekstrak Tanaman
- Serium Sulfat
- Ekstrak daun
VI. Prosedur Kerja
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
- Disiapkan Plat TLC
- Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
- Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
- Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
- Dikeringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
- Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang
- Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis mencapai 1 cm dari tepi atas pelat
- Diangkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengan serium sulfat
- Dihitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.
6.2 Kromatografi Kolom
- Disiapkan 10 ekstrak daun
- Disiapkan kolom kromatografi
- Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
- Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
- Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
- Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
- Pelarut harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
- Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan terdapat video yang berkaitan dengan
percobaan ini:
Setelah menyaksikan video tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang ditimbulkan
yaitu sebagai berikut:
- Berdasarkan video diatas, sebelum plat TLC dimasukkan kedalam eluen, eluen yang digunaakkan harus dijenuhkan terlebih dahulu. Bagaimana cara menjenuhkan eluen tersebut?
- Mengapa setelah plat TLC yang telah dimasukkan kedalam eluen dan didapatkan hasil elusi dari eluen tersebut dimasukkan kedalam sinar UV?
- Mengapa ketika plat TLC yang dimasukkan kedalam eluen diletakkan dengan kemiringan 30°?
Nama saya Monica (A1C117077) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3, yaitu Plat TLC yang dimasukkan kedalam eluen yang diletakkan dengan kemiringan 30° agar dapat memudahkan ketika melihat proses elusi yang terjadi. Dimana pada proses ini akan terlihat analit atau zat yang telah diekstrak tadi akan naik kearah batas atas garis ketika mengenai pelarut atau yang disebut dengan eluen.
BalasHapusBerdasarkan video diatas, bahwa ada dua cara yang dilakukan untuk menjenuhkan eluen sebelum plat TLC dimasukkan kedalamnya yaitu: a. Dengan cara menggoyang-goyangkan chamber, b. Dengan menggunakan kertas saring, dimana kertas saring yang berbentuk seperti persegi panjang dimasukkan kedalam eluen lalu dijepit dengan penutup chamber, setelah itu ditunggu beberapa saat hingga eluennya dalam keadaan jenuh. Eluen yang telah dalam keadaan jenuh ditandai dengan kertas saring yang dimasukkan kedalam chamber akan basah hingga batas penutup chamber. (Dinda Anggun,A1C117079)
BalasHapusSaya Erwin Pasaribu (A1C117003) akan menjawab pertanyaan nomor 2. Setelah plat TLC yang telah dimasukkan kedalam eluen dan terjadinya elusi kemudian dimasukkan lagi kedalam sinar UV. Pemasukan plat TLC kedalam sinar UV tersebut agar noda-noda yang terdapat pada plat TLC akan terlihat dengan jelas sehingga dapat dengan mudah menggambarkan atau menandakan noda-noda dalam plat TLC dan dapat mempermudah dalam menghitung nilai Rf. Terimakasih
BalasHapus