Kamis, 11 April 2019

JURNAL PRAKTIKUM KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM

PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I

DISUSUN OLEH:
YULI ASRIANI
(A1C117039)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



PERCOBAAN 8
I. Judul                        : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II. Hari/Tanggal          : Kamis/ 18 April 2019
III. Tujuan                   : Adapun tujuan dari perccobaan ini sebagai berikut:
  1. Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
  2. Dapat membuat plat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
  3. Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
  4. Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom
IV. Landasan Teori
            Salah satu cara dalam melakukan analisis dalam kimia organik adalah menggunakan teknik kromatografi. Dimana kromatografi merupakan suatu teknik dalam menganalisis suatu komponen yang terdapat dalam campuran yang mana komponen tersebut kemudian dilakukan penganalisian secara menyeluruh. Komponen yang akan dianalisis dapat berupa kandungan suatu zat ataupun sebagainya. Dalam melakukan teknik keromatografi ini, praktikan harus mengetahui prinsip kerja ataupun teknik dengan menggunakan kromatografi ini. Dimana adapun prinsip dari teknik kromatografi ialah bahwa setiap komponen yang berasal dari suatu zat berada pada perbedaan afinitasnya terhadap fase diam dan fase gerak. Oleh karena itu akan terjadi pemisahan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya dari suatu campuran. Afinitas yang berpengaruh pada teknik ini, ditentukan oleh adanya daya adsorpsi atau penyerapan pada fase diam dan laju kelarutan suatu analit yang berada dalam fase gerak yang digunakan. Semakin tinggi daya adsorpsi suatu analit didalam fase diam maka kelarutannya akan semakin kecil sehingga hal ini akan menyebabkan semakin lama analit akan berada pada kolom atau pada fase diam. Sedangkan sebaliknya semakin rendah daya adsorpsi suatu analit dalam fase diam maka kelarutannya akan semakin besar sehingga hal ini menyebabkan semakin sedikit waktu yang digunakan suatu analit untuk berada pada fase diam.
Sebelum melakukan kegiatan praktikum, sebaiknya praktikan mesti memahami istilah-istilah yang berhubungan dengan teknik kromatorgrafi yang digunakan. Adapuun istilah-istilah tersebut ialah sebagai berikut:
  1. Analit : suatu komponen yang telah terpisah dalam campurannya pada teknik kromatografi
  2. Eluen : campuran pelarut yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran dengan cara dialirkan pada plat atau kolom kromatografi
  3. Fase diam : suatu zat yang berbentuk padat atau zat yang akan dianalisis yang diletakkan pada kaca atau  plat ataupun kertas baik  yang terbuat dari silika gel atau  selulosa tergantung pada jenis kromatografi yang digunakan
  4. Fase gerak : suatu jenis pelarut yang digunakan dengan cara dialirkan pada kolom atau pada plat yang digunakan, dimana pelarut yang digunakan harus memiliki sifat kepolaran yang sama dengan zat yang akan dianalisis
  5. Eluat : suatu cairan yang keluar pada kolom kromatografi yang telah dipisahkan dari campurannya
  6. Elusi : suatu proses ketika dilakukan pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan variasi pelarut pada teknik kromatografi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/v).
            Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan komponan yang berdasarkan kemampuan pendistribusian suatu zat diantara dua fase yaitu fase diam dan fase  gerak. Pada teknik kromatografi ini memiliki suatu prinsip yang menyatakan bahwa setiaap senyawa yang berbeda memiliki koefisien distribusi yang berbeda pada kedua fase tersebut. Oleh karena itu, jika senyawa dapat berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka senyawa tersebut akan lama berada dalam fase gerak sehingga senyawa tersebutt dapat secara cepat bergerakk didalam suatu  sistem kromatografi. Akan tetapi sebaliknya jika suatu senyawa dapat berinterakksi secara kuat dengan fase diam maka kemampuan senyawa tersebut untuk bergerak  dalam sistem kromatografi akan semakin lambat. Sebaiknya setiap komponan yang berada dalam campuran senyawa memiliki kemampuan bergerak  dengan laju yang berbeda didalam sistem kromatografi. Dengan demikian proses pemisahan dapat memberiakan hasil yang sempurna. Dalam teknik kromatografi ada yang disebut dengan bahan penjerap, bahan ini dapat terbuat dari silika gel (SiO2.H2O), alumia terhidrasi (Al2O3). Yang mana bahan ini memiliki sifat yaitu mampu menyerap senyawa-senyawa organik. Apabila suatu senyawa organik semakin bersifat polar maka kemampuannya untuk menyerap molekul air juga akan semakin besar sehingga siaft keaktifannya suatu senyawa tersebut akan semakin menurun. Berdasarkan percobaan dilakukan suatu teknik kromatografi dengan Jenis kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Adapun penerapan dari kromatografi lapis tipis yaitu denga menggunakan plat atau bahan penyerap yang dikenal sebagai fase diam. Kemudian dilakukan penganalisisan senyawa dengan cara dimasukkan plat terrsebut kedalam larutan pengembang hingga dapat bergerak sampai pada tanda batas. Setelah didapatkan hasil senyawa yang terpisahkan kita dapat mengidentifikasi senyawa dengan menghitung serta membandingkan nilai Rf. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk menghitung nilai Rf sebagai berikut:
Selain kromatografi lapis tipis, percobaan ini juga menggunakan kromatografi kolom. Dimana pada teknik pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan kolom kaca. Teknik pemisahan kromatografi ini dapat digunakan untuk mengetahui analisis secara kualitatif (analisis zat yang terkandung dalam senyawa) dan analisis secara kuantitatif (analisis jumlah atau kadar  zat dalam suatu senyawa). Sehingga kita mampu  memperoleh suatu zat yang kita inginkan dalam keadaan yang lebih murni (Tim Kimia Organik, 2016).
Dalam teknik pemisahan kromatograsi terdapat beberapa komponen yang akan terdistribusi didalam dua fase yaitu ada  yang dikenal fase diam dan fase gerak. Pada fase diam biasanya disebut dengan stationary phase, dimana fase diam ini meruapakan fase yang memiliki peranan penting dalam teknik pemisahan kromagrafi. Fase diam ini akan terjadinya suatu interaksi sehingga akan menyebabkan terjadinya suatu  perbedaan waktu retensi, seperti yang kita tahu  bahwa waktu retensi merupakan waktu yang diperlukan suatu analit ketika berinteraksi yang dimulai pada awal kolom hingga pada detektor. Selain terjadinya perbedaan waktu retensi, fase diam ini juga menyebabkan terpisahnya komponen senyawa analit yang telah diberikan pada suatu wadah  sesuai dengan jenis kromatografinya. Fase diam ini dapat ditemukan dalam bentuk zat cair atau suatu padatan, dapat pula berupa suatu bahan yang berpori sehingga memiliki molekul yang kecil. Salah satu contoh fase diam adalah ekstrasi daun bayam yang dapat digunakan untuk teknik permisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (TLC), dapat pula berupa sampel karbohidrat seperti glukosa, fruktosa dan maltosa yang dapat digunakan untuk teknik dengan Kromatografi Kertas. Selanjutnya, untuk fase gerak biasanya disebut dengan Mobile phase, dimana pada fase gerak ini merupakan fase yang dapat membawa analit agar dapat bergerak sehingga pada fase ini juga terjadinya interaksi dengan senyawa analit. Sama halnya dengan fase diam, fase gerak ini juga dapat ditemukan dalam bentuk cairan ataupun dapat berupa gas inert. Dimana jika menggunakan fase gerak yang berupa gas, biasanya dapat digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap atau yang bersifat volatil. Salah satu contoh dari fase gerak adalah campuran etanol dan kloroform yang digunakan sebagai fase gerak atau biasa disebut pula dengan eluen. Eluen ini dapat berfungsi sebagai sutau zat yang dapat membawa suatu analit hingga pada titik akhir atau pada tepi garis melalui fase diam (Denikrisma, 2015).
Kromatografi merupakan suatu jenis pemisahan yang sederhana. Dimana kromatografi merupakan Suatu teknik pemisahan yang berdasarkan pada kecepatan merambat atau bergeraknya suatu analit didalam medium tertentu dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Teknik kromatografi ini banyak digunakan pada percobaan kimia organik Untuk melakukan suatu pemisahan analit. Teknik ini Terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kromatigrafi kertas,  kromatigrfi lapis tipis, kromatografi kolom dan kromatografi gas. Pada penggunaan Pemisahan dengan cara kromatigrafi Lapis Tipis Digunkan plat TLC, yang mana plat TLC ini meruakan fase diam yang akan digunakan pada pemisahan. Teknik kromatigrafi Lapis Tipis dimana suatu zat yang akan dianalisis atau suatu analit akan ditotolkan pada plat TLC atau pada fase diam yang mana hal ini dipengaruhi oleh fase gerak. Jika fasa gerak yang digunakan semakin bersifat polar maka pemisahan suatu analit pada fase gerak juga akan semakin besar. Sebaliknya apabila jumlah waktu yang digunakan untuk fase gerak melintasi Plat atau fase diam semakin sedikit maka Jarah tempuh yang akan dicapai oleh suatu senyawa Juga akan semakin pendek. Sedangkan pada penggunaan pemisahan dengan cara kromatografi kolom digunakan seerti wadah kaca yang berbentuk buret,  dimana teknik pemisahan ini menggunakan fase diam yang berada dalam wadah kaca yang berbentuk buret kemudian fasa gerak akan dimasukkan kedalm wadah tersebut lalu pada bagian bawah buret akan menetes larutan tersebut. Sehingga ada kromatografi kolom ini fase diam yang ditempatkan didalam wadah akan melewati kolom yang dipengaruhi oleh tekanan gravitasi (Syahmani, 2017).
            Salah satu jenis kromatografi yang digunakan ialah kromatografi lapis tipis, teknik kromatografi ini biasanya dikenal  dengan singkatan TLC atau KLT. Kromatorgrafi lapis ini termasuk suatu jenis teknik pemisahan padat-cair yang sering digunakan. Hal ini disebabkan karena alat-alat yang digunakan pada teknik ini sangat sederhana, biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih rendah serta waktu yang digunakan untuk melakukan pemisahan juga lebih singkat.  Selain itu jenis tenik kromatografi lapis tipis ini mampu memisahkan banyak  ssenyawa dalam satu plat. Misalnya teknik ini mampu memisahkan sampai 60 samper dalam satu plat, oleh karena itu, teknik pemisahan ini banyak digunakan hingga sekarang. Teknik kromatografi lapis tipis ini juga dapat digunakan untuk menentukan harga Rf yang akan dicari.  Dimana harga Rf ini menyatakan perbandingan suatu jarak yang akan tempuh senyawa dengan jarrah yang akan ditempuh pelarut. Sehingga dengan mengetahui harga Rf kita mampu mengidentifikasi suatu jenis senyawa serta kita juga mampu menentukan pelarut-pelarut yang terbaik yang akan digunakan dalam menganalisis suatu senyawa. Teknik pemisahan kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk berbagai macam percobaan misalnya penelitian tentang kandungan hormon sitokinin yang terdapat dalam alga G. Coronopifolia (Rachman, 2017).

V. Alat dan Bahan
5.1. Alat
  • Plat TLC
  • Gelas Kimia 1 L
  • Alat Kromatografi Kolom
  • Glass Wool
  • Silika Gel
  • Tabung Reaksi
  • Pipa Kapiler
5.2. Bahan
  • Etanol
  • Metanol
  • Kloroform
  • Etil-Asetat
  • n-Heksan
  • Aseton
  • Ekstrak Tanaman
  • Serium Sulfat
  • Ekstrak daun
VI. Prosedur Kerja
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
  1. Disiapkan Plat TLC
  2. Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
  3. Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
  4. Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
  5. Dikeringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
  6. Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang
  7. Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis mencapai 1 cm dari tepi atas pelat
  8. Diangkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengan serium sulfat
  9. Dihitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.
6.2 Kromatografi Kolom
  1. Disiapkan 10 ekstrak daun
  2. Disiapkan kolom kromatografi
  3. Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
  4. Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
  5. Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
  6. Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
  7. Pelarut harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
  8. Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan terdapat video yang berkaitan dengan percobaan ini:

Setelah menyaksikan video tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang ditimbulkan yaitu sebagai berikut:
  1. Berdasarkan video diatas, sebelum plat TLC dimasukkan kedalam eluen, eluen yang digunaakkan harus dijenuhkan terlebih dahulu. Bagaimana cara menjenuhkan eluen tersebut?
  2. Mengapa setelah plat TLC yang telah dimasukkan kedalam eluen dan didapatkan hasil elusi dari eluen tersebut dimasukkan kedalam sinar UV?
  3. Mengapa ketika plat TLC yang dimasukkan kedalam eluen diletakkan dengan kemiringan 30°?






























































3 komentar:

  1. Nama saya Monica (A1C117077) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3, yaitu Plat TLC yang dimasukkan kedalam eluen yang diletakkan dengan kemiringan 30° agar dapat memudahkan ketika melihat proses elusi yang terjadi. Dimana pada proses ini akan terlihat analit atau zat yang telah diekstrak tadi akan naik kearah batas atas garis ketika mengenai pelarut atau yang disebut dengan eluen.

    BalasHapus
  2. Berdasarkan video diatas, bahwa ada dua cara yang dilakukan untuk menjenuhkan eluen sebelum plat TLC dimasukkan kedalamnya yaitu: a. Dengan cara menggoyang-goyangkan chamber, b. Dengan menggunakan kertas saring, dimana kertas saring yang berbentuk seperti persegi panjang dimasukkan kedalam eluen lalu dijepit dengan penutup chamber, setelah itu ditunggu beberapa saat hingga eluennya dalam keadaan jenuh. Eluen yang telah dalam keadaan jenuh ditandai dengan kertas saring yang dimasukkan kedalam chamber akan basah hingga batas penutup chamber. (Dinda Anggun,A1C117079)

    BalasHapus
  3. Saya Erwin Pasaribu (A1C117003) akan menjawab pertanyaan nomor 2. Setelah plat TLC yang telah dimasukkan kedalam eluen dan terjadinya elusi kemudian dimasukkan lagi kedalam sinar UV. Pemasukan plat TLC kedalam sinar UV tersebut agar noda-noda yang terdapat pada plat TLC akan terlihat dengan jelas sehingga dapat dengan mudah menggambarkan atau menandakan noda-noda dalam plat TLC dan dapat mempermudah dalam menghitung nilai Rf. Terimakasih

    BalasHapus