Rabu, 27 Maret 2019

LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI-REAKSI ALDEHIDA DAN KETON

LAPORAN PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I


 

DISUSUN OLEH:

YULI ASRIANI
 (A1C117039)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019

VII. DATA PENGAMATAN

7.1 Uji Tollens
No.
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Formaldehid + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
Terbentuk cermin kaca (tanpa pemansan)
2.
benzadehid + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
Tidak terbentuk apa-apa.

Terbentuk cermin kaca
3.
Aseton + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
Tidak terbentuk cermin kaca.

Tidak terbentuk cermin kaca
4.
Sikloheksanon + tollens 1 ml di goncang dan dibiarkan 10 menit
dipanaskan selam 5 menit
Tidak terbentuk cermin kaca.

Tidak terbentuk cermin kaca

7.2 Uji Fehling dan Benedict
No.
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
Formaldehid + 4 tetes benedict dipanaskan
Warna biru lebih pekat
Dibagian bawah terdapat endapan merah bata
2.
Benzaldehid  + 4 tetes benedict dipanaskan
Terbentuk tiga lapisan
Atas : biru pekat
Tengah : bening
Bawah : biru muda
3.
Asetin  + 4 tetes benedict dipanaskan
Tidak terbentuk lapisan, Warna menjadi biru pekat
4.
Sikloheksanon + 4 tetes benedict

dipanaskan dipanaskan 15 menit
Tidak terbentuk endapan, pada bagian atas terbentuk minyak, bagian bawah biru muda
Warna biru menjdai kehijauan.

7.3 Pengujian dengan fenilhidrazin
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
Fenilhidrazin sebanyak 5 ml dimasukkan ke tabung reaksi
Fenilhidrazin berwarna kuning
2.
Fenilhidrazin + benzaldehid digoyangkan sambil ditutup selama 1-2 menit. Campuran tersebut ditambah air es +etanol+methanol
Lalu dikeringkan.ditentukan titik lelehnya.
Terbentuk kristal kuning terang, berbau menyengat dan panas.Titik lelehnya 70 C
3.
Fenilhidrazin + sikloheksanon digoyangkan sambil ditutup selama 1-2 menit.Campuran tersebut ditambah air es + etanol + methanol.lalu dikeringkan tentukan titik lelehnya.
Terbentuk kristal kuning, berbau
menyengat dan panas.
Titik lelehnya 80 C

7.4 Pembuatan oksim
No.
Perlakuan
Hasil pengamatan
1.
1 gr hidroksilamin + 4 ml air
Larutan bening
2.
ditambah 1,5 gram CuSO4 . 5H2O  Dipanaskan 35oC
Larutan berwarna hijau tua
3.
+ sikloheksana Ditutup dan digoncang 30 detik
Hijau lumut keruh
4.
didinginkan
Terdapat endapan warna putih (menandakan terdapat siklo oksim)
5.
Disaring dan dicuci dengan air Es
Endapan menjadi bersih (tidak berwarnahijau lagi)

7.5 Uji Haloform
No
Perlakuan
Penganatan
1
 5 tetes aseton + 3 ml NaOH 5 %
Warna larutan bening

+ 10 ml iodium iodida
Warna larutan menjadi coklat betadin

Digoncang
Warna tetap coklat pekat, ada butiran butiran diatas dan dibawah mengendap
2
3 ml propanol + 3 tetes larutan iodium
Setiap tetesan warna kuning nya semakin pekat
3
0,5 gram tembakau digerus + 10 ml aquades + 3 tetes iodium iodida
Tidak terjadi reaksi
4
+ sikloheksanon (keton)
Terebentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna ungu magenta, lapisan bawah merah

7.6 Kondensasi Aldol
No
Perlakuan
Penganatan
1
 0.5 ml Asetal dehid + 4 ml larutan NaOH 5 % , digoncang goncangkan .Didihkan selama 3 menit.
Warna jernih , berbau menyengat
2
10 ml Etanol + 1ml Aseton+ 2 ml Benzaldehid, dimasukkan dalam labu 50 ml.

Terjadi perubahan warna menjadi oranye kemerahan, berbau menyengat.

3
10 ml Etanol +1ml Aeton + 2 ml Benzaldehid, dimasukkuan dalam labu 50 ml.

Warna campuran kuning keruh, berbau menyengat.

4
Campuran tersebut direfluks selama 5 menit.
Warna menjadi coklat keruh.

VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan mengenai reaksi-reaksi aldehida dan keton. Aldehida dan keton merupakan suatu senyawa yang memiliki gugus karbonil yaitu C=O. Karena memiliki gugus karbon C=O maka senyawa aldehida dan keton ini mempunyai nilaai titik didih yang tinggi serta merupakan molekul polar. Selain itu, senyyawa aldehida dan keton banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari baik pada bidang laboratorium, bidang industri, bidang pertanian dan sebagainya. Salah satu contoh senyawa yang digunakan adalah aseton, bezaldehid yang banyak digunakan sebagai pelarut dilaboratorium. Selain itu, penggunaan sampo, sabun, atau bahan sehari-hari banyak terbuat dari senyawa aldehida dan keton. Berdasarkan percobaan ini dilakuakan untuk mengindentifikasi ataupun menganalisis senyawa-senyawa aldehida dan keton dalam suatu sampel. Adapun uji-uji reaksi yang dapat dilakukan pada percobaan aldehda dan keton ialah uji Tollens, uji Fehling dan uji Benedict. Dimana apabila senyawa aldehida ataupun keton dilakukan dengan uji tersebut maka biasanya akan terjadi perubahan-perubahan atau terjadinya suatu reaksi sehingga dapat kita melakukan penganalisian suatu sampel (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/).
8.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
Pada percobaan ini, kami melakukan perlakuan ujia cermin pada dengan menggunakan pereaksi tollens. Pereaksi tollens dapat dibuat dengan cara memasukkan 2 ml AgNO3 5 %, ditambahkan larutan basa kuat atau NaOH 5%  2 tetes dan ditambahkan amonium hidroksida 2%. Amonia ditambahkan sedikit demi sedikit untuk menghilangkan kekeruhan yang berwarna hitam pada larutan ketika larutan AgNO3 ditambahkan dengan NaOH. Pereaksi ini tidak berwarna atau bening. Ciri khas dari pereaksi ini ialah apabila senyawa aldehida direaksikan dengan pereaksi tollens maka akan terbentuk endapan cermin perak pada bagian dasar tabung. Berdasarkan percobaan ini, kami menguji sampel dengan menggunakan pereaksi tollens, dimana sampel yang kami gunakan ialah Benzaldehid, aseton, sikloheksanon dan formalin. Pada masing-masing sampel kami meneteskan pereaksi tollens tersebut. Pengujian Formalin: dimasukkan 2 tetes formalin dan 1 ml pereaksi tollens dalam tabung reaksi. Hasilnya larutan tersebut dikocok lalu dibiarkan, setelah dibiarkan 10 menit terdapat cermin kaca dibagian dasar tabung  (tanpa pemanasan). Pengujian Benzaldehid: dimasukkan 2 tetes benzaldehid dan 1 ml pereaksi tollens dalam tabung reaksi. Hasilnya larutan dikocok lalu dibiarkan, akan tetapi tidak terbentuk cermin kaca. Oleh karena itu, kami melakukan pemanasan pada larutan. Setelah dipanaskan sekitar lebih dari 5 menit terdapat cermin kaca pada bagian dasar tabung. Pengujian Sikloheksanon: dimasukkan 2 tetes sikloheksanon dan 1 ml pereaksi tollens dalam tabung reaksi. Hasilnya larutan dikocok lalu dibiarkan, akan tetapi tidak terbentuk cermin kaca. Ketika dipanaskan juga tidak terbentuk cermin kaca. Pengujian Aseton: dimasukkan 2 tetes aseton dan 1 ml pereaksi tollens dalam tabung reaksi. Hasilnya larutan dikocok lalu dibiarkan, akan tetapi tidak terbentuk cermin kaca. Ketika dipanaskan juga tidak terbentuk cermin kaca. Artinya bahwa cermin kaca hanya dapat terbentuk ketika direaksikan pada sampel yang mengandung aldehida seperti formalin dan benzaldehid. Sedangkan untuk aseton dan sikloheksanon tidak terbentuk cermin kaca karena kedua sampel ini merupakan senyawa keton.
8.2 Uji Fehling dan Benedict
Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan mengenai pereaksi fehling dan pereaksi benedict. Pereaksi fehling dan pereaksi benedict merupakan pereaksi yang sama-sama memiliki warna larutan yaitu biru. Pereaksi fehling dapat dibuat dengan cara memasukkan natrium sitrat dan natrium kedalam aquadest lalu larutan diaduk, kemudian dilakukan penyaringan pada larutan. Setelah itu kedalam filtratnya ditambahkan dengan larutan CuSO4 . 5HO kemudian larutan diencerkan atau ditambahkan dengan 5  ml pereaksi fehling yang masih bagus atau fresh. Larutan pereaksi benedict yang dihasilkan adalah berwarna biru. Sedangkan untuk cara membuat pereaksi fehling yaitu praktikan harus membuat terlebih dahulu larutan fehling A dan larutan fehling B. Untuk membuat fehling A yaitu dengan mencampurkan  CuSO4 . 5HO dengan air suling. Untuk membuat fehling B yaitu dengan mencampurkan natrium kalium tartrat dengan NaOH 10%. Setelah didapat kedua larutan fehling A dan B, praktikan mencampurkan kedua larutaan tersebut sehingga didapatlah pereaksi fehling. Larutan pereaksi fehling yang dihasilkan adalah larutan berwarna biru. Berdasarkan percobaan ini, kami menguji sampel dengan menggunakan pereaksi fehling dan pereaksi benedict. Dimana sampel yang kami gunakan ialah formaldehid,  benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Pada masing-masing sampel kami meneteskan pereaksi fehling dan pereaksi benedict tersebut.
a. Pengujian dengan pereaksi benedict
Pengujian Formaldehid: dimasukkan 5 tetes formaldehid dan 5 ml pereaksi benedict dalam tabung reaksi lalu dikocok. Hasilnya larutan menjadi warna biru pekat dan dibagian bawah tabung terdapat endapan merah bata. Pengujian Benzaldehid: dimasukkan 5 tetes benzaldehid dan 5 ml pereaksi benedict dalam tabung reaksi lalu dikocok. Hasilnya pada larutan terdapat 3 lapisan yaitu pada lapisan atas larutan berwarna biru pekat, lapisan tengah larutan bening dan lapisan bawah larutan berwarna biru biasa. Pengujian Aseton: dimasukkan 5 tetes aseton dan 5 ml pereaksi benedict dalam tabung reaksi lalu dikocok. Hasilnya larutan menjadi warna biru pekat dan tidak terdapat lapisan. Pengujian Sikloheksanon: dimasukkan 5 tetes sikloheksanon dan 5 ml pereaksi benedict dalam tabung reaksi lalu dikocok. Hasilnya tidak terdapat endapan akan tetapi dibagian atas seperti ada minyak dan dibagian bawah larutan berwarna biru muda. Setelah itu, larutan dipanaskan sekitar 15 menit dimana terjadi perubahan warna yang tadinya larutan berwarna biru berubah menjadi warna kehijauan.
b. Pengujian dengan pereakssi fehling
Pengujian Formaldehid: dimasukkan sebanyak 1 ml formaldehida kemudian ditambahkan dengan pereaksi fehling dalam tabung reaksi lalu dikocok. Hasilnya larutan tersebut menjadi warna biru. Setelah itu kami memanaskan campuran tersebut selama 2 menit hasilnya terbentuk sedikit endapan yang bewarna merah bata. Artinya bahwa senyawa aldehida dapat bereaksi dengan pereaksi fehling. Pengujian Benzaldehid: dimasukkan 1 ml benzaldehid kemudian ditambahkan dengan pereaksi fehling dalam tabung lalu dikocok. Hasilnya larutan tersebut tetat menjadi warna biru. Setelah itu kami memanaskan campuran tersebut selama 2 menit hasilnya terbentuk sedikit endapan yang bewarna merah bata. Artinya bahwa senyawa aldehida dapat bereaksi dengan pereaksi fehling. Pengujian Aseton: dimasukkan sebanyak 1 ml aseton ditambahkan dengan pereaksi fehling dalam tabung reaksi lalu dikocok. Hasilnya larutan menjadi warna biru, proses ini dilakukan tanpa pemanasan. sedangkan ketika campuran tersebut dipanaskan selama 2 menit tidak terjadi perubahan apapun pada campuran artinya bahwa senyawa keton tidak bereaksi dengan pereaksi fehling. Pengujian Sikloheksanon: dimasukkan 1 ml sikloheksanon ditambahkan dengan pereaksi fehling dalam tabung reaksi lalu dikoccok. Hailnya larutan menjadi warna biru, proses ini dilakukan tanpa pemanasan. sedangkan ketika campuran tersebut dipanaskan selama 2 menit tidak terjadi perubahan apapun pada campuran artinya bahwa senyawa keton tidak bereaksi dengan pereaksi fehling
8.3 Pengujian dengan fenilhidrazin

Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan mengenai pengujian  dengan fenilhidrazin. Dimana pada percobaan ini dilakukan perlakuan untuk dapat mengindentifikasi atau menganalisis senyawa-senyawa aldehida dan keton dengan menggunakan fenilhidrazin. Aldehida yang digunakan pada percobaan ini ialah benzaldehida sedangkan untuk senyawa keton yang digunakan ialah sikloheksanon. Berdasarkan percobaan ini,  kami memasukkan sebanyak 5 ml fenilhidrazin kedalam tabung reaksi besar kemudian kami menambahkan sebanyak 10 ml benzaldehida. Kemudian kami tutup tabung dan dilakukan pengguncangan selama 1-2 menit hingga terbentuk kristal. Hasilnya ketika kedua zat tersebut dicampurkkan terjadi perubahan warna menjadi warna kuning, dimana warna awal dari fenilhidrazin ialah warna kuning jernih seperti bensin. Setelah beberapa menit campuran tersebut didiamkan terbentuk 3 lapisan pada campuran, dimana lapisan atas berwarna kuning, lapisan yang tengah berwarna putih dan endapan atau lapisan bawah berwarna kuning. Dari campuran yang didapat tersebut kami tidak mendapatkan kristal pada campuran. oleh karena itu kami tidak dapat melakukan penyaringan maupun prosedur selanjutnya. Sedangkan untuk senyawa keton dilakukan prosedur yang sama dengan senyawa aldehida, yaitu dimasukkan sebanyak 5 ml fenilhidrazin kedalam tabung reaksi besar dan kemudian ditambahkan dengan 10 ml sikloheksanon. Kemudian kami tutup tabung dan dilakukan pengguncangan selama 1-2 menit hingga terbentuk kristal. Hasilnya dimana kita ketahui bahwa warna dari fenilhidrazin yaitu kuning seperti bensin, ketika dilakukan pencampuran dengan sikloheksanon terjadi perubahan warna menjadi warna kuning pucat. Setelah kami didiamkan beberapa menit, terbentuk 2 lapisan pada campuran dimana lapisan atas berwarna kuning pucat dan endapan atau lapisan bawah berwarna bening. Dari campuran dengan menggunakan senyawa keton kami juga tidak mendapatkan kristal pada campuran. sehingga kami tidak dapat melakukan penyaringan ataupun melanjutkan prosedur percobaan ini.
8.4 Pembuatan oksim
Pada percobaan ini  kami melakukan perlakuan mengenai pembuatan oksim. Berdasarkan percobaan,  kami melarutkan 1 gram hidroksilamin HCl dalam 4 ml air suling  dan kemudian kami tambahkan sekitar 1,5 gram CuSO4 . 5HO atau natrium asetat trihidrat. Hasil dari pencampuran tersebut ialah terdapat larutan yang beerwarna hijau tua. Setelah itu, kamipanaskan larutan tersebut hingga suhu mencapai 35°C. Setelah dipanaskan kami menambahkan sikloheksanon kemudian kami menutup  labu serta dilakukan penggoncangan selama 1-2 menit pada labu tersebut. Hasil  yang didapat ialah terjadinya perubahan warna pada larutan tersebut, yang awalnya warna larutan adalah hijau tua dan berubah menjadi warna hijau lumut  dan larutannya keruh. Perubaha ini menandakan bahwa zat padat sikloheksanon-oksim telah terbentuk dalam larutan. Setelah itu, kami dinginkan labu didalam air es. Ketika dilakukan pendinginan terdapat endapan putih pada labu tersebut. Kemudia endapat tersebut disarring dengan menggunakan kertas saring dan sekaligus dicuci dengan menggunakan air es sebanyak 2 ml.  Hasil yang didapat ialah endapan yang dihasilkan lebih jerbih dan bersih. Setelah itu kami meneringkan endapat tersebut dan kemudian ditentukan titik lelehnya.
8.5 Reaksi haloform
Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan mengenai reaksi haloform. Pada percobaan ini, kami menggunakan salah satu unsur halogen untuk melakukan reaksi yaitu unsur iodium. Percobaan ini, menggunakan campuran larutan iodium iodida  dengan aseton dalam NaOH 5% dalam melakukan pengujian senyawa-senyawa hidrokarbon khususnya senyawa keton. Adapun cara membuat larutan iodium iodida ialah dengan melarutkan 25  gram iodium dengan larutan 50 gram kalium iodida didalam 200 ml air suling. Setelah itu semua bahan yang dicampurkan digoncang-goncangkan. Ketika bahan ini dicampurkan larutan yang dihasilkan ialah berwarna hitam kecoklatan seperti warna betadine. Setelah larutan iodium  iodida didapatkan kami  melakukan pengujian pada senyawa keton dengan cara meneteskan larutan iodium iodida tersebut. Senyawa keton yang akan diuji ialah 2 propanol, 2-pentanon dan 3-pentanon. Untuk bahan 2-pentanon dan 3-pentanon tidak tersedia dilaboratorium kami sehingga kami menggantinya  dengan menggunakan tembakau yang harus digerus terlebih dahulu. Berdasarkan percobaan, kami memasukkan 5 tetes aseton kedalam 3 ml NaOH 5%, larutan yang dihasilkan tetap bening. Setelah itu kami mencampurkan larutan tersebut dengan 10 ml larutan iodium iodada yang telah dibuat sebelumnya. Dimana warna larutan dari larutan iodium iodida ialah berwarna hitam kecoklatan seperti betadine. Kemudian kami lakukan pengocokan hingga larutan  berwarna coklat pekat.  Pada larutan tersebut tersebut terdapat butiran- butiran  yang berwarna kuning emas dibagian bawah dan dibagian atas gelas kimia. Kemudian larutan tersebut inilah yang digunakan untuk menguji larutan 2 propanol dan larutan tembakau. Pengujian propanol: dimasukkan 3 tetes propanol kemudian ditambhkan 3 tetes  dari larutan iodium yang terdapat butiran warna kuning emas tadi. Saat penetesan pertama warna larutan berubah menjadi warna kuning. Pada penetesan kedua warna larutan berubah menjadi warna kuning pekat. Dan pada penetesan ketiga warna larutan menjadi warna kuning pekat hampir kecoklatan. Pengujian tembakau: tembakau digeruus terlebih dahulu, kemudian diambil sekitar 0,5 gram tembakau dan kemudian dilarutkan dengan 10 ml aquadest serta ditambahkan 3 tetes larutan iodium yang terdapat butiran kuning emas tadi. Dari pencampuran tersebut didapatlah hasil warna larutannya ialah berwarna coklat. Selain itu, praktikan juga menguji senyawa keton lainnya  yaitu sikloheksanon.  Ketika sokloheksanon ditambahkan dengan larutan iodium tersebut terdapat 2 fasa, dimana fasa bagian atas terdapat larutan yang berwarna ungu  atau magenta sedangkan fasa dibagian bawah terdapat larutan yang berwarna merah.
8.6 Kondensasi aldol
Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan mengenai kondensasi aldol. Senyawa aldol merupakan suatu senyawa yang meimiliki dua gugus yaitu gugus aldehida dan gugus alkohol. Pada kondensasi aldol dilakukan pada suasana basa. Oleh karena itu, pada percobaan ini menggunakan larutan NaOH 1%. Berdasarkan percobaan,  kami menambahkan 0,5 ml asetaldehid dalam 4 ml NaOH 1% kemudian larutan digoncang. Hasil yang didapat ialah larutan berwarna bening dan tercium bau seperti bau balon tiup. Kemudian campuran tersebut kami didihkan selama 3 menit. Hasilnya terjadi perubahan warna menjadi warna kuning dan bau yang ditimbulkan adalah bau tengik. Setelah itu, kami menyusun alat-alat untuk merefluks. Dimana alat yang digunakan ialah labu bulat, mantel pemanas, kondensor, termometer, dan pipa. Susunan alat-alat ini dirangkai sebagaima menyusun alat-alat saat melakukan percobaan mengenai metode sokletasi. Yaitu dimana  kondensor diletakkan diatas labu bulat hingga uap dari zat dapat naik ke kondensor dan kemudian diukur suhunya. Zat terdapat didalam labu ialah  ml etano, 1 ml  aseton, 2 ml benzaldehid dan ditambahkan dengan 5 ml larutan NaOH 5%. Kemudian campuran tersebut direfluks selama 5 menit. Larutan yang dihasilkan tetapberwarna kuning dan kemudian campuran tersebut kami dinginkan atau kami jenuhkan labu tersebut dengan  menggunkan air es. Akan tetapi tidak terbentuknya kristal dari campuran tersebut yang terbentuk adalah seperti jel-jel yang lembek, karena tidak terbentuk kristal praktikan melakukan pemanasan. Tetapi saat dipanaskan jel-jel tersebut meleleh sehingga kami tidak dapat melakukan penyaringan maupun penentuan titik lelehnya.

IX. PERTANYAAN PASCA
  1. Mengapa pada percobaan dengan pereaksi tollens, aldehid yang diuji dengan pereaksi tersebut akan membentuk endapan cermin perak?
  2. Mengapa pada percobaan mengenai reaksi haloform pada pengujian 2 propanol warna larutan semakin lama semakin berwarna kuning pekat?
  3. Mengapa pada percobaan pembuatan oksim endapan yang dihasilkan lebih jernih?
X. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini sebagai berikut:
  1. Aldehida dan keton merupakan suatu senyawa yang sama memiliki gugus karbonil C=O. Karena memiliki gugus karbonil sehingga kedua gugus ini umumnya memiliki titik didih yang tinggi. Ikatan  gugus karbonil pada senyawa aldehida dan senyawa keton bersifat polar. Meskipun kedua gugus ini memiliki gugus karbonil yang sama, akan tetapi sifat dari kedua gugus ini berbeda. Seperti aldehida lebih cepat bereaksi daripada keton.
  2. Gugus aldehida dan keton juga mengalami reaksi yang berbeda-beda. Senyawa Aldehida mudah mengalami reaksi oksidasi yang dapat memghasilkan asam karboksilat. Sedangkan senyawa keton tidak dapat mengalami reaksi oksidasi yang sama dengan aldehida. Akan tetapi senyawa keton dapat mengalami reaksi reduksi yang akan menghasilkan alkohol sekunder.
  3. Gugus aldehida dan keton dapat dibedakan dengan berbagai macam pengujian. Adapun cara mengindentifikasi atau menganalisis senyawa aldehida ialah dengan melakukan uji Tollens, uji Fehling dan uji Benedict. Sedangkan cara untuk mengidentifikasi atau menganalisis senyawa keton ialah dengan Gugus Alfa-hidroksi keton. Gugus ini akan senyawa keton akan memberikan uji positif ketika diuji dengan pengujian tollens, fehling maupun benedict. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan uji Iodoform (pereaksi yang terdiri dari iodin dan natrium hidroksida).
XI. DAFTAR PUSTAKA
Adelina, L & Ikhsan, J. 2016. Aldehida dan Keton. Yogyakarta: AR-Media Augmented Reality Media

Cahyono. 2013. Sintesis Dimetil Asetat Sitronelal dengan Katalis Gas HCl. Semarang: Jurnal Kimia, FMIPA. ISSN 0215-9945. Diakses tanggal 21 Maret 2019

http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/ 

Pudjawan. 2014. Kinetika Reaksi Asilasi Aldehida dengan Asam Sitrat Anhidrida. Vol 2 No 1. Diakses tanggal 21 Maret 2019

Tim Kimia Organik. 2016. Penuntuk Parktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi

XII.LAMPIRAN GAMBAR

Larutan dari uji bennedict

Larutan hasil uji haloform

Proses refluks pada kondensasi aldol

Uji haloform

Larutan hasil uji bennedict





















































































3 komentar:

  1. Novela melinda (A1C117007). Untuk pertanyaan nomor 2, menurut saya, larutan yang semakin lama semakin berwarna kuning pekat disebabkan karena semakin banyak jumlah volume dari larutan iodium yang diteteskan pada larutan 2-propanol sehingga warna kuningnya semakin pekat hingga hampir warna kecoklatan

    BalasHapus
  2. Saya mirna dengan nim 13. Saya akan menjawab permasalahan no 1. Pada percobaan tollens, terbentuknya cermin perak karena ketika aldehida direaksikan dengan perak nitrat, maka ion perak tersebut akan direduksi menjadi logam perak. Sehingga logam inilah yang membentuk endapan cermin perak tersebut

    BalasHapus
  3. Saya agustri manda sari (A1c117035) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3 . Pembuatan oksim terdapat endapan yang lebih jernih karena saat larutan sikloksanon-oksim dijenuhkan terdapat endapan sehingga endapan tersebut disaring dan dicuci dengan air es sehingga endapan yang dihasilkan lebih jernih dan bersih.

    BalasHapus