DISUSUN OLEH:
YULI ASRIANI
(A1C117039)
(A1C117039)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. Data pengamatan
7.1 Rekristalisasi
NO.
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
1.
|
2
sudip asam benzoat + 1 sudip norit + 1 sudip glukosa lalu dilarutkan dalam
air panas.
|
Semua
zat larut menjadi satu dan larutannya berwarna sedikit kehitaman
|
2.
|
Dilakukan
penyaringa dengan menggunakan corong Buchner
|
Larutannya
menjadi jernih
|
3.
|
Dijenuhkan
dengan cara didinginkan didalam air es
|
Suhu
saat dimasukkan kedalam air es 350C, setelah beberapa saat timbul
kristal-kristal putih diatas filtrat dan disekeliling gelas kimia, terjadi pada
suhu 2°C
|
4.
|
Disaring
larutan yang sudah dijenuhkan, lalu dikeringkan
|
Terdapat
banyak kristal diatas kertas saring
|
5.
|
Diuji
titik lelehnya
|
Mulai
meleleh pada suhu 117 °C dan tepat semuanya meleleh pada suhu 120 °C
|
7.2
Sublimasi
NO.
|
PERLAKUAN
|
HASIL
|
1.
|
Cawan
penguap yang telah diisi 1 gram naftalen dan 1 gram pengotor (pasir) .
Dipanaskan dan ditutupi pada bagian atas dengan menggunakan corong yang
disumbat dengan kapas dan kertas saring diatas cawan tersebut, dipanaskan ±4
menit.
|
Terdapat
kristal yang menempel di dinding corong
dan di bawah kapas serta di kertas saring
|
2.
|
Diuji
titik lelehnya.
|
Pada
suhu 78 °C kristal mulai
meleleh dan pada suhu 80°C
kristal
tepat semuanya meleleh.
|
VIII. Pembahasan
Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan
mengenai pemurnian zat padat. Sesuai dengan namanya pemurnian bahwa kita
melakukan suatu proses pemurnian atau memurnikan suatu zat yang dalam keadaan
kotor. Pemurnian ini dilakukan agar kita mendapatkan sampel atau zat yang dalam
keadaan murni. Pemurnian ini dapat kita lakukan dengan berbagai macam zat baik
zat padat maupun zat cair. Aka tetapi pada percobaan ini kami melakukan
perlakuan mengenai pemurnian zat padat. Dalam melakukan proses pemurnian zat
padat, praktikan harus benar-benar mengetahui zat-zat apa saja yang akan
digunakan. Selain itu, praktikan harus memahami sifat-sifat dari zat yang
dimurnikan baik sifat fisik maupun sifat kimianya dan juga praktikan harus
mengetahui pelarut-pelarut organik apa saja yang dapat digunakan dalam
melakukan proses pemurnian tersebut. Dengan demikian, detelah praktikan
mengetahui dan memahami sifat zat dan macam pelarut yang digunakan, praktikan
juga harus mengetahui cara atau teknik dalam melakukan proses pemurnian zat padat
seperti Kristalisasi,Sublimasi dan Kromatografi. Keberhasilan dalam melakukan
proses pemurnian zat ini sangat berpengaruh pada pemahaman dan pengetahun
praktikan mengenai zat yang digunakan, pelarut organik yang akan dilarutkan
dalam prosespemurnian serta teknik atau langkah kerja dalam melakukan
percobaan. berdasarkan percobaan yang kami lakukan, praktikan melakukan proses
pemurnian zat padat dengan cara Kristalisasi dan Sublimasi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/. ).
8.1. Rekristalisasi
Sebelum melakukan percobaan mengenai
reksristalisasi, praktikan harus memahami prinsip-prinsip ataupun cara-cara
dalam melakukan pemurnian zat dengan metode rekristalisasi. Resristalisasi
merupakan metode pemurnian zat berdasarkan perbedaan kelarutan atau dapat
dilakukan dengan cara pemberian daya larut yang cukup besar pada zat yang akan
dimurnikan dengan zat pengotornya. Pemberian daya larut ini, dapat praktikan
lakukan dengan meggunakan pemanasan sehingga zat padat serta zat pengotor dapat
larut dengan cepat dan agar zat padat dan pengotor benar-benar larut. Dengan
demikian zat padat yang dimurnikan dapat saling melarutkan dengan pengotornya
sehingga zat pengotor tersebut tidak lagi melekat didalam zat padat dan larutan
yang kita hasilkan telah dalam keadaan murni. Berdasarkan percobaan yang kami
lakukan pada pemurnian zat padat dengan metode rekristalisasi, bahan yang kami
gunakan adalah zat padat yaitu asam benzoat, zat pengotornya yaitu glukosa atau
gula. Pada percobaan ini kami menggunakan bahan tambahan yaitu norit. Dimana
norit ini suatu zat padat yang berwarna hitam yang berfungsi sebagai penyerap
zat pengotor sehingga norit yang dapat membantu mempercepat zat padat yang
telah tercemar tadi menjadi lebih murni. Pada percobaan ini, kami melakukan memanaskan
air terlebih dahulu hingga mendidih, kemudian kami masukkan asam benzoat
kedalam gelas kimia lainnya kira-kira sebanyak 2 sudip dan glukosa sebanyak 1 sudip dan norit
juga sebanyak 1 sudip. Jadi perbandingan ketiga zat tersebut adalah 2:1:1.
Setelah itu kami tambahkan air panas kedalam gelas yang berisi ketiga zat tersebut
dengan sambil diaduk. Hasilnya asam benzoat, glukosa dan norit semuanya larut
dalam larutan, dan warna larutannya agak sedikit kehitaman. Kemudian kami
melakukan penyaringan dengan menggunakan corong buchner, saat kami lakukan
penyaringan didalam filtratnya larutannya menjadi jernih. Kemudian kami
jenuhkan dengan cara kami memasukkan filtarat tersebut kedalam air es yang
tertutup. Saat kami memasukkan fitrat tersebut suhu nya sekitar 35°C. Kami
diamkan beberapa menit, tak lama kemudian timbul kristak-kristal putih diatas
fitrat dan dipinggiran gelas kimia. Ketika kami mengukur suhunya, suhu yang
didapat adalah 2°C. Setelah itu kami melakukan penyaringan filtrat dengan
menggunakan corong buchner lalu kami keringkan. Setelah kristal tersebut kering
kami melakukan penentuan titik leleh dari kristal tersebut. Saat kami melakukan
pengukuran tersebut, kami dikendalai denga listrik, karena listrik padam saat
kami melakukan percobaan sehingga kami melakukan pengukuran titik leleh dengan menggunakan
cara manual. Hasil yang kami dapat dari pengukuran titik leleh kristal asam
benzoat suhunya 117°C ketika kristal mulai meleleh dan saat kristal meleleh
seluruhnya pada suhu 120°C. Jika dibandingakan dengan teori bahwa titik leleh
murni asam benzoat yang dikuru dengan menggunakan MPA adalah suhu asam benzoat
mulai meleleh 119°C dan suhu asam benzoat meleleh seluruhnya adalah 120°C.
Artinya bahwa proses pemurnian zat dengan metode rekristalisasi yang kami
lakukan dapat dikatan berhasil karena rentang dari titik leleh yang kami
dapatkan dengan teori hanya memiliki rentang yang sangat kecil.
8.2. Sublimasi
Pada percobaan ini kami melakukan perlakuan
pemurnian zat padat dengan metode sublimasi. Sebelum melakukan percobaan
praktikan juga harus mengetahui serta memahami prinsip-prinsip dari metode
sublimasi tersebut. Metode sublimasi merupakan metode pemisahan yang dilakukan
dengan mencampurkan zat yang dapat menyumblim dan dengan zat lain yang tidak
dapat menyumblim. Pada metode ini, terjadinya perubahan wujud zat dari padat
menjadi uap atau gas. Hal ini karena dipengaruhi oleh adanya tekanan serta
temperatur yang tinggi. Berdasarkan percobaan ini, kami menggunakan bahan yaitu
naftalen dan zat pengotornya adalah pasir. Dimana kedua bahan tersebut
masing-masing digunakan sebanyak 1 gram. Kedua bahan tersebut dimasukkan
kedalam cawan porselin dan kemudian ditutup dengan menggunakan kertas saring
yang telah diberi lubang-lubang kecil. Kemudian diberi sumbat pada corong
dengan menggunakan kapas, dimana posisi corong dalam keadaan terbalik.
Pemberian lubang kecil ini berfungsi agar uap dari naftalen akan keluar dan tertampung
didalam corong yang telah diberi sumbat tersebut. Setelah itu, kami lakukan
pemanasan dengan api kecil pada cawan porselin. Sekitar lebih kurang 4 menit 11
detik kami mengangkat cawan dan hasilnya didalam corong terdapat banyak
kristal-kristal putih disekeliling corong akan tetapi dibagian kertas saring
tidak terdapat kristal-kristal putih. Diperkirakan suhu pada saat zat menguap
ialah ketika suhu 60°C dan suhu ketika
menyublim atau terbentuknya kristal ialah ketika suhu 27°C atau suhu kamar.
Karena naftalen berbentuk kristal ketika beradda pada suhu kamar. Kemudian kami
melakukan pengukuran penentuan titik leleh. Saat kami mengukur titik leleh
listrik yang kami gunakan padam sehingga kami melakukan pengukuran titik leleh
dengan menggunakan cara yang manual yaitu dengan menggunakan termometer. Adapun
hasil yang kami dapatkan dari pengukuran kristal naftalen tersebut adalah 78°C
ketika kristal naftalen mulai meleleh, dan suhu pada saat kristal naftalen
meleleh seluruhnya adalah 80°C. Jika
dibandingkan teori bahwa titikl leleh naftalen yang diukur dengan menggunakan
MPA ialah suhu saat naftalen mulai meleleh adalah 79°C dan suhu saat naftalen meleleh
seluruhnya adalah 80,3°C. Artinya bahwa proses pemurnian zat dengan metode
sublimasi yang kami lakukan dapat dikatan berhasil karena rentang dari titik
leleh yang kami dapatkan dengan teori hanya memiliki rentang yang sangat kecil.
IX. Pertanyaan
- Mengapa pada percobaan rekristalisasi dimasukkan air panas kedalam gelas kimia yang berisi asam benzoat, glukosan dan norit?
- Mengapa pada percobaan rekristalisasi menggunakan bahan tambahan norit dalam pemurnian asam benzoat?
- Mengapa pada percobaan sublimasi menggunakan kapas yang disumbat pada corong?
X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan
ini sebagai berikut:
- Kristalisasi merupakan suatu metode pemisahan zat padat yang berdaparkan adanya perbedaan kelarutan atau pemberian daya larut yang cukup besar pada suatu zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Dalam melakukan perlakuan mengenai pemurnian zat padat harus benar-benar mengetahui serta memahami prinsip-prinsip pada metode yang digunakan karena hal tersebut menjadi salah satu faktor keberhasilan pemurnian zat padat.
- Metode rekristalisi dilakukan dengan memberikan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotornya. Oleh karena itu, praktikan harus mengetahui pelarut organik yang cocok digunakan dan sesuai dengan sifat fisik maupun sifat kimia zat yang akan dimurnikan. Sehingga pada proses pemurnian zat padat keduanya dapat saling melarutkan.
- Proses pemurnian zat padat bahwasannya adalah suatu zat padat tidak tercemar oleh pengotor-pengotor lainnya sehingga zat padat telah dalam keadaaan murni. Oleh karena itu, praktikan harus benar-benar menjernihkan serta menghilangkan pengotor yang tercemar dalam suatu zat. Misalnya dengan menghilangkan warna larutan, karena jika masih ada perubahan warna maka menandakan masih ada terjadinya reaksi.
- Proses pemisahan denga metode rekristalisasi dimana menggunakan pelarut yang dapat saling melarutkan sehingga dapat memisahkan antara zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Metode rekristalisasi ini akan menghasilkan bentuk kristal murni dari zat yang dimurnikan tersebut.
XI. Daftar Pustaka
Ahmadi. 2014. Pemurnian Garam Dengan Metode Hidro Ekstraksi BATCH.
Vol 1. No 3:48. Diakses tanggal 1 Maret 2019
Nilawati. 2015. Pemurnian dan Yodisasi In Situ Pengelolaan Limbah Padat
Blotong Menjadi Garam Konsumsi di Industri Garam Beryodium. Jurnal Biopropal
Industri Vol. 6 No.2. Diakses tanggal 1 Maret 2019
Rositawati. 2013. Kimia Fisika Untuk
Paramedis. Yogyakarta: UNY
Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.
Jambi: Universitas Jambi
XII. Lampiran Gambar
Kristal Sudah Disaring dan Dikeringkan |
Kristal yang Diperoleh |
Proses Pemanasan |
Penimpangan Sampel |
Sampel Naftalen |
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan yang nomor 3, yaitu Pada percobaan sublimasi digunakan kapas untuk menyumbat corong agar ketika dilakukan pemanasan naftalen didalam cawan porselin uap dari naftalen tidak keluar dari corong tersebut. Karena jika uap tersebut menguap maka tidak dapat terbentuknya kristal didalam corong karena uap naftalen telah keluar. Monica (077)
BalasHapussaya Erwin Pasaribu (A1C117003) akan menjawab pertanyaan nomor 2. penambahan norit dalam percobaan rekristalisasi bertujuan agar zat kotor pada asam benzoat terserap. fungsi norit sebagai adsorben membuat proses pemurnian asam benzoat lebih baik karena norit memiliki daya serap tinggi.terimakasih
BalasHapusDinda Anggun (A1C117079) saya mencoba menjawab pertanyaan nomor 1.menurut saya. Pada percobaan rekristalisasi dimasukkan air panas kedalam gelas yang berisi asam benzoat, glukosa dan norit agar semua bahan tersebut dapat larut secara sempurna serta tujuan dari dilakukan pemanasan air tersebut agar ketika air panas dimasukkan kedalam gelas kimia semua bahan yang didalamnya dapat melarut lebih cepat.
BalasHapus