DISUSUN OLEH:
YULI ASRIANI
(A1C117039)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
2019
VII.
Data Pengamatan
VIII. Pembahasan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Menggerus
sampel asam maleat (apel hijau)
|
Ekstrak
diambil 20ml, warna larutan coklat
|
2.
|
Dimasukkan ke labu dasar
bulat, ditambahkan HCl
|
Warna larutan cokelat tua
|
3.
|
Sampel
direfluks selama 10 menit
|
Warna sampel
menghitam dan menggelegak
|
4.
|
Disaring sebanyak 2 kali
penyaringan
|
Warna endapan hitam, warna
filtrat cokelat pekat
|
5.
|
Dijenuhkan
dalam batu es
|
Bau filtrat
= karamel
Warna coklat
|
VIII. Pembahasan
Didalam
suatu senyawa organik dapat dilakukan suatu proses dimana dapat dilakukannya pengidentifikasian
pada suatu senyawa tersebut. Pengidentifikasian ini dapat dilakukan mengenai
gugus fungsi yang berikatan pada atom karbon dalam suatu senyawa. Senyawa
organik memiliki berbagai macam variasi ataupun bentuk sehingga dengan berbagai
variasi tersebutlah yang dapat membedakan antara senyawa organik yang satu
dengan senyawa organik yang lainnya. Senyawa organik yang berikatan dengan atom
karbon dengan ikatan tunggal maka dapat melakukan perputaran secara bebas pada
ikatan tunggal atom karbon yaitu C-C. Oleh karena mampu berputar secada bebas
pada ikatannya sehingga tidak dapat lagi dibedakan orientasi perputarannya
tersebut pada bidang ruang gugus fungsinya. Akan tetapi sebaliknya, senyawa
organik yang berikatan dengan atom karbon dengan ikatan yang rangkap maka tidak
dapat melakukan perputaran secara bebas pada ikatan rangkap aton karbonnya
yaitu C=C. Oleh karena tidak dapat berputar secara bebas pada ikatannya sehingga
dapat dibedakan orientasi peputarannya tersebut dengan cara melakukan identifikasi.
Sehingga proses pengidentifikasian ini disebut dengan isomer geometri. Salah
satu contoh dari senyawa organik pada atom karbon dengan ikatan rangkap adalah
asam maleat. Dimana asam maleat ini daat diubah menjadi asam fumarat dengan
cara melakukan pengidentifikasian dari isomer geometri tersebut. Dimana pada
asam maleat yang memiliki strustruk Cis akan diubah menjadi asam fumarat dengan
struktur Trans dengan bantuan katalis atau pereaksi yang digunakan (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/ ).
Pada
percobaan yang kami lakukan, Mulanya kami mempersiapkan alat serta bahan-bahan
yang akan digunakan ada percobaan ini. Mengenai bahan yang digunakan kami tidak
menggunakan bahan atau asam maleat dengan keadaan murni. Hal ini disebabkan
karena ketidaksediaannya bahan-bahan yang digunakan pada percobaan. Akan tetapi
kami menggunakan sampel ekstrak apel hijau yang diketahui bahwa adanya asam maleat
yang terkandung didalam apel hijau tersebut. Kemudian ada proses pengubahan
asam maleat menjadi asam fumarat dilakukan dengan menggunakan katalis ataupun
pereaksi, yang
mana pada percobaan ini kami menggunakan pereaksi yang bersifat asam yaitu HCl
atau asam klorida sebagai pereaksi pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat.
Selain itu pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat juga dilakukan dengan
roses refluks. Dimana ada proses ini dilakukan seperti pemanasan hingga titik
didih asam maleat sehingga diperolehlah asam fumarat dalam keadaan murni yang
berbentuk cairan.
Berdasarkan
percobaan yang kami lakukan, mulanya kami membuat ekstrak apel hijau tersebut
dengan cara digerus. Kemudian setelah didapat hasil gerusan tersebut kami
melakukan penyaringan dengan memisahkan filtrat dan ampas dari apel hijau tersbut.
Setelah dilakukan proses penyaringan praktikan mendapatkan hasil filtrat yaitu ekstrak
apel yang berwarna coklat. Ekstrak apel inilah yang mengandung asam maleat yang
kami gunakan. Selanjutnya praktikan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur
yang ada, dimana kami memasukkan
sebanyak 20 ml ekstrak apel tersebut kedalam labu dasar bulat. Kemudian ditambahkan
15 ml HCl kedalam labu dasar bulat juga, hasilnya larutan menjadi lebih berwarna
coklat serta larutannya keruh. Setelah itu akan dilakukan proses refluks. Akan
tetapi sebelum melakukan proses refluks dimasukkan batu didih kedalam labu
dasar bulat. Fungsi batu diduh yang dimasukkan dalam Labu dasar bulat agar untuk
mencegah timbulnya ledakan-ledakan saat proses merefluks pada labu dasar bulat.
Kemudian barulah dilakukan proses refluks, suhu ketika dilakukan roses refluks
ialah sekitar 75 derajad celcius. setelah lama kelamaan direfluks larutan
menjadi semakin pekat ketika waktu merefluks selama 10 menit. Kemudian praktikan
melakukan penyaringan 2 kali dengan menggunakan corong Buchner dan kertas
saring. Ketika dilakukan penyaringan pertama pada hasil refluks didapat larutan
yang berwarna coklat. Selanjutnya pada proses penyaringan kedua pada hasil
refluks didapat larutan yang berwarna coklat yang lebih cerah serta terdapat
endapan yang berwarna hitam. Larutan yang dihasilkan ini memiliki bau seperti
bau karamel atau seperti bau kue sarang semut. Setelah itu praktikan melakukan
proses penjenuhan agar dapat terbentuknya asan fumarat yang murni. Akan tetapi pada
percobaan yang dilakukan saat proses penjenuhan tidak terjadi perubahan apa-apa
atau tidak terbentuk kristal.
Berdasarkan
percobaan yang kami lakukan diatas bahwa saar proses penjenuhan tidak terbentuk
krisral atau asam fumarat dalam keadaan
murni. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya
seperti yang pertama adalah bahan yang digunakan. Ekstrak sampel yang digunakan
adalah apel hijau yang terdapat kandungan asam maleat. Akan tetapi didalam apel
hijau tersebut tidak hanya terkandung asam maleat saja tes tapi masih banyak senyawa-senyawa
lain yang dapat mempengaruhinya sehingga asam maleat didalam apel tidak dalam
keadaan murni yang dapat menyebabkan tidak terbentuknya asam fumarat pada
percobaan. yang kedua adalah faktor teknis dari praktikan bahwa saat membuat
ekstrak apel dilakukan dengan proses menggerus sehingga saat dilakukannya
proses tersebut memungkinkan apel telah mengalami reaksi oksidasi yang dipengaruhi
oleh udara sehingga kandungan asam maleat didalan apel juga tidak keadaan
murni. Faktor selanjutnya adalah ketika dilakukan proses penjenuhan tidak
terbentuk kristal karena suhu dari filtrat tersebut telah turun, tidak lagi
dalam keadaan suhu saat direfluks hal ini disebabkan karena dilakukannya proses
penyaringan dengan 2 kali pengulangan sehingga memakan waktu yang cukup lama.
IX. Petanyaan Pasca
- Mengapa pada percobaan diatas proses penyaringan filtrat hasil refluks dilakukan dengan 2 kali penyaringan?
- Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan tidak terbentuknya kristal pada proses penjenuhan?
- Mengapa Sebelum dilakukan refluks harus diberikan batu didih terlebih dahulu?
X.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
- Proses isomer geometri merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya perubahan letak gugus fungsi ataupun struktur ruangnya. Perubahan ini terjadi agar dapat terbentuknya suatu senyawa baru yang lebih stabil. Dimana isomer geometri ini biasa dikenal dengan sebutan isomer Cis-Trans. Isomer Cis-Trans ini biasanya banyak ditemukan dalam senyawa yang memiliki struktur planar segiempat maupun oktahedral, akan tetapi tidak ditemui dalam senyawa yang memiliki struktur linear maupun tetrahedral.
- Senyawa-senyawa isomer dibedakan atas 2 jenis, yaitu isomer struktural dan isomer ruang. Senyawa Isomer struktural merupakan senyawa isomer yang memiliki susunan ataupun urutan atom-atomnya berbeda didalam satu molekul. Sedangkan senyawa isomer ruang merupakan suatu senyawa isomer yang memiliki struktur yang sama akan tetapi letak posisi geometriknya yang berbeda. Pada isomer struktural terbagi lagi menjadi isomer posisi, isomer kerangka dan isomer gugus fungsi.
- Proses pengubahan struktur pada suatu senyawa akan menyebabkan terjanya perubahan senyawa sehingga terjadi pula perubahan sifat fisika dan sifat kimia pada senyawa tersebut. Salah satu contohnya yaitu pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat. Pengubahan tersebut dilakukan melalui proses refluks dengan menggunakan katalis yang bersifat asam seperti asam klorida. Saat pengubahan ini terjadi dimana ikatan rangkap pada asam maleat akan rubah menjadi ikatan tunggal sehingga dapat terjadi perputaran secara bebas sehingga dapat diperoleh asam fumarat yang lebih stabil.
XI. Daftar
Pustaka
Rivai. 2014. Kimia
Organik dan Soal-Soal. Semarang: Putra Cempaka
Syahbatini.
2015. Kimia Organik Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Tim Kimia
Organik. 2016. Penuntuk Parktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas
Jambi
Wilcos.
2015. Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Organik II Melalui
Pendekatan Konstruktivisme. Jurnal Exacta. Vol 1. No. 2. (diakses 24 April
2019).
XII.
Lampiran Gambar
1. Tahap penyaringan pertama setelah larutan direfluks
2. Tahap kristalisasi
3. Hasil filtrat
4. Penyaringan kedua hasil refluks
5. Tahap merefluks dilakukan
Nama Yulinarti Choinirul Nisyah (A1C117025) akan mencoba menjawab no 3. Fungsi ditambahkan batu didih sebelum proses refluks agar dapat mencegah terjadinya ledakan atau gelegak ketika larutan direfluks pada suhu tinggi.
BalasHapusSaya Silvy wahyu fradini A1C117023
BalasHapusAkan menjawab pertanyaan no 1. Proses penyaringan dilakukan 2 kali pengulangan karena saat hasil filtrat yang dihasilkan pada proses refluks warna larutan semakin coklat pekat. Sehingga dilakukan penyaringan 2 kali pengulangan agar filtrat yang dihasilkan lebih bening serta agar daat tersaringnya pengotor yang ada didalan larutan. ketika dilakukan penyaringan yang pertama filtrat masih berwarna coklat sedangkan pada penyaringan kedua filtrat menjadi warna coklat tetapi lebih cerah.
Saya mirnawati (013), saya akan menjawab permasalahan no 2. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak terbentuk kristal saat proses penjenuhan karena sampel yang digunakan yaitu ekstrak apel tidak hanya mengandung asam. Maleat saja tetapi juga mengadung senyawa lain yang akan mempengaruhinya, selanjutnya suhunya sudah turun ketika dilakukan proses penjenuhan karena dilakukan penyaringan 2x pengulangan, selanjutnya karena memungkinkan apel mengalami reaksi oksidasi ketika proses penggerusan
BalasHapus